dalam bidang Sastra dari Balai Bahasa Jawa Timur
Rabu, 06 Desember 2017
Upacara Bersih Desa
Tulus S *
Adat adalah salah satu unsur kebudayaan yang terdapat di dalam tiap-tiap masyarakat. Menurut Ki Hadjar Dewantara, adat tidak lain merupakan sifat kepatuhan, laras atau harmoni, yang terdapat dalam hubungannya laku, keadaan, atau benda yang satu dengan yang lain. Karena kepatuhan itu, maka dengan sendiri perhubungan atau pertimbangan antara yang satu dengan yang lain selalu tampak sebagai keindahan, yang kemudian menimbulkan rasa senang.
Adat adalah salah satu unsur kebudayaan yang terdapat di dalam tiap-tiap masyarakat. Menurut Ki Hadjar Dewantara, adat tidak lain merupakan sifat kepatuhan, laras atau harmoni, yang terdapat dalam hubungannya laku, keadaan, atau benda yang satu dengan yang lain. Karena kepatuhan itu, maka dengan sendiri perhubungan atau pertimbangan antara yang satu dengan yang lain selalu tampak sebagai keindahan, yang kemudian menimbulkan rasa senang.
Upacara Boyongan
Tulus S *
Upacara boyongan adalah upacara pindah rumah. Hal ini masih banyak terlihat dalam masyarakat Jawa. Tidak terkecuali di sekitar wilayah Madiun. Tradisi ini diawali dengan mencari hari yang baik sesuai dengan pathokan (pedoman yang dianut) oleh masyarakat Jawa. Biasanya terkait dengan keberadaan naga tahun, naga sasi dan hari naas. Proses upacara boyongan dilihat sepentas seperti arak-arakan atau pawai. Di mana yang berjalan di depan sendiri adalah pini sepuh (biasanya seorang nenek) yang bertugas membawa sapu lidi untuk menyapu sepanjang perjalanan.
Upacara boyongan adalah upacara pindah rumah. Hal ini masih banyak terlihat dalam masyarakat Jawa. Tidak terkecuali di sekitar wilayah Madiun. Tradisi ini diawali dengan mencari hari yang baik sesuai dengan pathokan (pedoman yang dianut) oleh masyarakat Jawa. Biasanya terkait dengan keberadaan naga tahun, naga sasi dan hari naas. Proses upacara boyongan dilihat sepentas seperti arak-arakan atau pawai. Di mana yang berjalan di depan sendiri adalah pini sepuh (biasanya seorang nenek) yang bertugas membawa sapu lidi untuk menyapu sepanjang perjalanan.
Budaya Tradisi dalam Sistem Mata Pencaharian (bagian I)
Tulus S *
Anenggih pundi ta nagri ingkang pinurweng carita samangke, ingkang kaeka adi dasa purwa, eka marang sawiji, adi linuwih, dasa sepuluh, purwa wiwitan. Adi-adining garba gupita datan wonten kadi nagri ing Dwarawati, nagri ingkang panjang punjung pasir wukir loh jinawi, gemah ripah karta tur raharja. Panjang marang adawa, punjung iku luhur, basa pasir ngarepake samudra, wukir ngungkurake gunung.
Anenggih pundi ta nagri ingkang pinurweng carita samangke, ingkang kaeka adi dasa purwa, eka marang sawiji, adi linuwih, dasa sepuluh, purwa wiwitan. Adi-adining garba gupita datan wonten kadi nagri ing Dwarawati, nagri ingkang panjang punjung pasir wukir loh jinawi, gemah ripah karta tur raharja. Panjang marang adawa, punjung iku luhur, basa pasir ngarepake samudra, wukir ngungkurake gunung.
Budaya Tradisi dalam Sistem Mata Pencaharian (bagian II)
II. Mitos Dewi Sri
Tulus S *
Budaya tradisi bercocok tanam padi di atas adalah sebuah simbol kebudayaan masyarakat Jawa yang memuliakan Dewi Sri sebagai dewanya padi. Mitos Dewi Sri ataupun budaya tanam padi seperti di atas termasuk budaya lisan yang patut dihargai dan dilestarikan. Pada hakikatnya nenek moyang kita telah mengenal dan mempunyai bentuk penghargaan terhadap “pangan”. Kearifan lokal nenek moyang itu salah satunya tertuang dalam mitos tentang Dewi Sri.
Tulus S *
Budaya tradisi bercocok tanam padi di atas adalah sebuah simbol kebudayaan masyarakat Jawa yang memuliakan Dewi Sri sebagai dewanya padi. Mitos Dewi Sri ataupun budaya tanam padi seperti di atas termasuk budaya lisan yang patut dihargai dan dilestarikan. Pada hakikatnya nenek moyang kita telah mengenal dan mempunyai bentuk penghargaan terhadap “pangan”. Kearifan lokal nenek moyang itu salah satunya tertuang dalam mitos tentang Dewi Sri.
Langganan:
Postingan (Atom)